Jumat, 13 Desember 2013


BANTAHAN TERHADAP TULISAN ABU AQILA

Tulisan ini merupakan bantahan terhadap tulisan Abu aqila yang menggiring pembaca pada metodik syiah atau cara cara syiah memahami agama , tujuannya jelas membawa pembaca tanpa mereka sadari kedalam dunia yang penuh gombal
Abu Aqila [Aaq] : Keberadaan zaman seiring dengan keberadaan Imam (hujjah Allah). Keberadaan Imam sebagai hujjah di muka bumi ini, adalah keberadaan para nabi dan para ma’sum. Kekosongan seorang Imam di zamannya akan menyebabkan kesesatan bagi para umatnya. Seperti halnya nabi Musa as hanya meninggalkan umatnya, ketika ingin bermunajat dengan Allah di gunung Thur selama 40 hari, menyebabkan umatnya meninggalkan risalah nabinya. Bagaimana kita akan meninggalkan seorang Imam (hujjah Allah) selama sepanjang masa?
Bantahan : Imam dalam pengertian “pemimpin umat” menurut konsep Syiah, tentu bukanlah imam yang ditunggu oleh umat Islam. Kalaupun harus ada imam dan menjadi harapan besar banyak orang, tentulah bukanlah imam imam yang di maksud Syiah. Karena standar imam dalam pengertian sunni lebih luas lagi, memili ciri tersendiri, namun demikian masih bisa di tafsir kalau pengertian imam itu bisa bermakna simbol dari sebuah kedaaan, bukan sekedar sosok , tetapi masyarakatnya juga adalah imam imam yang menandai sebuah masa terlepas dari berbagai sengketa. Sekalipun dalam konsep ahlussunah Imam itu itu adalah “Sosok” yang memili keadilan dan itu sering dipergilirkan oleh sebuah sejarah .
Aaq :Ketika kita berbicara tentang sosok seorang Imam kita menyakini bahwa tugas yang diembannya sangatlah berat, membawa umat kearah hidayah dari kelanjutan amanah yang di bawanya setelah meninggalnya nabi saaw. Di sini kita melihat betapa pentingnya eksistensi seorang Imam ditengah-tengah masyarakat. Ketika tidak ada Imam, umat akan tersesat. Dan keberadaannya pun tidak mengenal suatu zaman, dengan kata lain setiap zaman membutuhkan seorang Imam. Ini berarti bahwa meninggalkan kepemimpinan seorang Imam akan terjerumus ke dalam kebatilan.
Bantahan : Kalau didalam hadist talqin misalnya bisa dipakai sebagai dalail :” Wamma Imamuka” [Siapa Imammu], kemudian hadist itu memberikan jawaban : “Quran”. Maka maknanya imam sebenarnya umat Islam adalah Al-Quran dan itu sesuai dengan Quran itu sendiri yang menyebutkan alQuran adalah petunjuk bagi orang yang beriman. Maksudnya adalah kalau Al-Quran itu adalah Imam bagi mereka yang beriman, untuk dijadikan kiblat dan jalan dalam kehidupan Muslim. Sedangkan kalaupun harus ada sosok tidaklah berdia meter Syiah.

Aaq :Kepercayaan tentang Imam Mahdi as, sebagai Imam Zaman adalah kepercayaan yang di yakini oleh seluruh umat yang ada di muka bumi ini. Bukan saja dikalangan umat Islam melainkan umat di kalangan agama lainpun mengenai akan bangkitnya seseorang yang akan menyelamatkan bumi ini dari kehancuran.
Bantahan : Kepercayaan umat Islam pada Imam Mahdi dan Kepercayaan lainnya kepada seorang pembawa kedaamaian itu pasti muncul, karena semua manusia memili naluri ingin damai, sehingga harus menjadi mimpi mimpi mereka untuk mengatasi  masalah yang menimpa mereka. Berbagai kekuasaan berabaad abad yang lalu telah melahirkan banyak tindakan diluar prikemanusiaan, seperti kedholiman dan sadesme, dan berbagai kepincangan hidup yang tidak  menentu, sehingga membuat anak anak manusia yang berada di bawa kekuasaan merasa tertindas dan di dholimi. Tentu mimpinya adalah : “alangkah indahnya kalau pemimpin yang adil”. Kalau Islam menuangkan konsep akan kedatangan Imam Adil [al mahdi] selama hal itu menjadi keyakinan sunni, tidak keberatan menolak keyakinan itu melainkan umat muslim sami’na waatho’na, tentunya bukan menurut ukuran syiah”

Aaq : Di kalangan umat Islam secara garis besar menyebutkan bahwa Imam Mahdi as masih ditunggu kelahirannya, sementara yang lain mengatakan beliau telah lahir hanya saja kini adalah masa ke-ghaibannya, dan pada saat tiba waktunya akan tiba kemunculannya.
Bantahan : Tidak harus dikatakan yang lain, katakan saja yang menyatakan telaah datang itu adalah Syiah, yang telah menebarkan kebohongan kalau Imam Mahdi lahir dari keturunan Husain, sedangkan sekarng masih raib ?. ini tentu hanya ada pada konsep pemikiran Syiah yang cendrung keyakinannya pada agama Mitrash nenek moyangnya orang persia [Iran] yang sama sama memiliki dua belas Imam

Aaq Manusia berakal menyakini tentang sebuah maslahat besar bagi alam menuju pada tahapan-tahapan kesempurnaan pada semua sisi kehidupan, artinya dengan ke-hadirannya sebagai penyempurna ke arah kesempurnaan sejati dan sebagai lambang penegak keadilan setelah tersebarnya kemungkaran dan kerusakan di muka bumi ini. Logikanya, Imam senantiasa ada, namun ghaib dari pandangan kita. Disebabkan maslahat tertentu, kuasa Allah menuntut ke-ghaibannya. Seperti halnya dengan nabi Isa as, Allah Swt mengangkatnya dan memanjangkan umurnya sampai hari Kiamat.
Bantahan : Islam sudah sempurna, kalau saja ada imam atau nabi datang kembali keduania ini tentu hanya sebatas melihat keadaan umat saja , bukan menyempurnakan Islam yang terlalu sempurna untuk pedoman umat manusia. Gaib atau raibnya imam yang menjadi keyakinan syiah bukanlah standar Islam yang meyakini hadist tentang hadirnya. Atau dongeng syiah itu mau menyamakan dengan Isa sebagai nabi yang akan datang lagi ke- bumi kelak. Hal itu tentunya tak akan pernah sama, kecuali kalau mau di klaim kalau Isa itu adalah Mahdi. Sedangkan Isa sudah jelas dikatakan dalam Quran dan hadist bahwa dia akan turun. Sedangkang Imam mahdi yang banyak tersebar dalam hadist mulai yang dhoif hingga hadist shohi, tidak dapat disimpulkan kalau dia sudah ada sekarang, sehingga berprangsaka seperti kristen kalau Yesus itu ada sebelum ada, mungkinkah Abu aqila bagian dari pengikut agama Yesus ?

Aaq :Masalahnya adalah ketika kita ingin mengikuti seorang pemimpin (semoga Allah mempercepat kemunculannya) haruslah merupakan seorang figur yang diteladani baik dari sisi keilmuaanya maupun dari sisi amal perbuatannya. Secara tidak langsung, istilah ‘maksum’ pantas kita sandarkan atasnya. Dan secara jelas, ketika sesorang mengikuti pemimpin yang salah, sama halnya dengan mengikuti seseorang yang tidak tahu jalan kebenaran, menisbahkan sebuah kebenaran yang relatif tanpa dalil akan menunjukkan ketidakmurnian ajarannya. Dalam ayat al qur’an Allah Swt mengkafirkan orang-orang yang tidak mengikuti perintah-Nya : “Barangsiapa yang menghukum tidak dengan apa yang telah diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Surat Al-Maidah ayat 44).
Bantahan terus siapa yang akan di maksumkan Abu aqila ?, Apakah keturunah Husain yang lahir belakangan , dengan sekedar asumsi palsu Syiah yang berasaskan hadist hadsit buatan para pengembang agama Syiah, bahwa Imam Mahdi itu harus lahir dari husain radhiallahu’anhu. Dengan sedikit kemasan kalau kehadiran Imam Mahdi versi Syiah itu adalah makshum, lepas dari kesalahan, menurut siapa, ada orang makshum sesudah nabi dan menurut kitab apa ?

AaqDari ayat tersebut, dilarang kita untuk mengikuti para pemimpin yang tidak tahu arah kebenaran. Sesuatu yang menjadi kebenaran relatif hanya mendapatkan petunjuk dari Imam. Sebagai contoh; benar tidaknya sebuah perkara, benar dalam satu sisi, salah dalam sisi yang lain. Haruslah mendapatkan arahan dari Imam.
Bantahan :” Kalau maksudnya adalah seluruh pemimpin Islam, maka tak layak seorang abu aqila hidup dalam naungan negara Indonesia atau negara manapun, karena sekarang ini tak ada pemimpin yang di maksudkan oleh Abu Aqila. Mungkin abu Aqila harus lahir ketika Imam Mahdi yang konon makshum menurutnya. Sehingga bisa merasakan keadilan yang diinginkan. Kalau kemudian menulis sebuah penah dan menyatakan , pemimpin pemimpin sekarang tidak layak diikuti karena banyak kedustaan dan kejanggalannya, banyak dosanya dan berbuat salah , maka terlarang untuk diikuti, untuk apa abu aqila lahir di negara pemimpin yang anda maksud ?
AaqJadi seorang imam adalah pemimpin sejati bagi umatnya, yang menjaga al-qur’an dengan segala pemahamaannya (lahiriyah dan batiniyah), menegakkan hukum syariat, menegakkan keadilan, mendirikan pemerintahan Islam, memecahkan segala persoalan hukum sesuai dengan tuntutan zaman, dan lain-lain.
BantahanKalau ada pemimpin yang sejalan dengan Quran dan sepenuhnya, sejati dan tak ada caca celanya, sosok itu adalah Rasulullah. Meskipun sudah tiada, nafasnafasnya masih tertulis berbentuk hadist nabi. Sudah selayaknya umat islam berpegang teguh kepada Quran dan sunah nabi [ yang lahir dari mulut yang makshum] , bukan menunggu imam yang belum datang. Jangan hanya merajut dalam mimpi mimpi indah tentang kepemimpinan, tanpa di mulai dari diri sendiri. Otopis rasanya kalau sekedar menampilkan keinginan mimpi mimpi disiang bolong, padahal sama sekali hanya sebuah nyanyian tidur nyenyak belaka.tidak harus menunggu hadirnya sosokpun sudah banyak yang mendapatkan keadilan.
Aaq: Itulah sosok kepemimpinan diatas dengan segala macam atributnya dengan sifat-sifat yang terpuji yang akan diikuti oleh umatnya. Menuntut sifat-sifat mulia juga dari para pengikutnya. Karena bagaimanapun, sifat terpuji seorang pemimpin akan mengekor pada pengikutnya sebagai lambang kesetiaan dan kecintaan terhadapnya. Alhasil, penantian akan kemunculan Sang Imam adalah menyangkut kesiapan kita untuk menjadi pengikutnya.
Bantahan : Tidak perlu menunggu, datang ataupun tidak selama umat islam berpegang teguh pada Al-quran dan sunah, menjalankan butir butir ayat AlQuran dan sunah nabinya, sudah dipastikan orang itu akan beruntung. Lalu harus menunggu sampai kapan, sebulan setahun atau berbad abad lagi hingga generasi manusia berganti ganti , sehingga tak perlu mengamalkan keadilan sebelum mahdi turun, justru pendapat yang demikian lelucon para badut yang membicarakan agama [ Demikian tanggapan ala kadarnya]